Ngawi Bersholawat Bersama Gus Ali Gondrong Dalam Rangkaian Peringati Hari Jadi Ke 658

Ngawi, Investigasi : Ngawi bersholawat yang menghadirkan K.H. Ali Shodiqin atau yang lebih termashur dengan panggilan akrabnya Gus Ali Gondrong dengan mengambil tempat di alun-alun Merdeka belum lama ini (20/7) adalah merupakan rangkaian Peringatan Hari Jadi Ke 658 Kabupaten Ngawi. Puluhan ribu Jamaah dari berbagai daerah hadir dalam acara tersebut . Mereka datang ada yang berkendara sepeda motor, mobil pribadi, bus mini, bus pariwisata, mobil pick up, bahkan sampai menggunakan truck dengan kondisi muatan yang berjubel.
Dalam kesempatan itu, sebelum Sholawatan dimulai, Bupati Ngawi Budi Sulistyono memaparkan bahwa Sholawatan tersebut mengiringi perjalanan Kabupaten Ngawi yang ke 658 untuk menjadi lebih baik lagi dan dengan mengumandangkan Sholawatan bersama diharapkan Ngawi semakin sukses kedepannya.
K.H. Ali Shodiqin alias Gus Ali Gondrong mengajak seluruh Jamaah untuk meningkatkan amal kebajikan dan bersama-sama menjadikan Ngawi sebagai contoh bagi daerah lainnya. Dia juga mengajak para warga masyarakat untuk membantu dan mendukung Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam mewujudkan Ngawi menjadi Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.

Di sisi lain, acara Ngawi Bersholawat cukup mengeluarkan keringat bagi Petugas Keamanan dan Pengatur lalu-lintas. Lain halnya dengan mereke yang memanfaatkan kehadiran Jamaah yang membludag untuk mengais rejeki dengan cara mebuka area penitipan kendaraan, membuka kiosk minuman dadakan dan makanan ringan, bahkan tidak sedikit Pedagang Asongan yang berlalu-lalang membelah padatnya kerumunan Jamaah untuk menawarkan barang dagangannya. Namun nasib malang menimpa diri Mbah Ahmad (75) warga Desa Karangmojo Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan yang ikutan mengais rejeki sebagai pedagang asongan. Terbawa oleh usianya yang sudah lanjut dan didorong oleh kecapekan, si kakek tua tersebut mengalami jatuh pingsan. Untunglah banyak orang yang peduli melihat keberadaan kakek pedagang asongan yang malang tersebut dan bergegas memberikan pertolongan. Bahkan Apran Panca  seorang Petugas dari Kepolisian juga turun tangan untuk memberikan pertolongan, termasuk mengambil kebijaksanaan  si korban diangkut ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan lebih intensif. (hr-pdy)
Ngawi, Investigasi : Ngawi bersholawat yang menghadirkan K.H. Ali Shodiqin atau yang lebih termashur dengan panggilan akrabnya Gus Ali Gondrong dengan mengambil tempat di alun-alun Merdeka belum lama ini (20/7) adalah merupakan rangkaian Peringatan Hari Jadi Ke 658 Kabupaten Ngawi. Puluhan ribu Jamaah dari berbagai daerah hadir dalam acara tersebut . Mereka datang ada yang berkendara sepeda motor, mobil pribadi, bus mini, bus pariwisata, mobil pick up, bahkan sampai menggunakan truck dengan kondisi muatan yang berjubel.
Dalam kesempatan itu, sebelum Sholawatan dimulai, Bupati Ngawi Budi Sulistyono memaparkan bahwa Sholawatan tersebut mengiringi perjalanan Kabupaten Ngawi yang ke 658 untuk menjadi lebih baik lagi dan dengan mengumandangkan Sholawatan bersama diharapkan Ngawi semakin sukses kedepannya.
K.H. Ali Shodiqin alias Gus Ali Gondrong mengajak seluruh Jamaah untuk meningkatkan amal kebajikan dan bersama-sama menjadikan Ngawi sebagai contoh bagi daerah lainnya. Dia juga mengajak para warga masyarakat untuk membantu dan mendukung Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam mewujudkan Ngawi menjadi Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.

Di sisi lain, acara Ngawi Bersholawat cukup mengeluarkan keringat bagi Petugas Keamanan dan Pengatur lalu-lintas. Lain halnya dengan mereke yang memanfaatkan kehadiran Jamaah yang membludag untuk mengais rejeki dengan cara mebuka area penitipan kendaraan, membuka kiosk minuman dadakan dan makanan ringan, bahkan tidak sedikit Pedagang Asongan yang berlalu-lalang membelah padatnya kerumunan Jamaah untuk menawarkan barang dagangannya. Namun nasib malang menimpa diri Mbah Ahmad (75) warga Desa Karangmojo Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan yang ikutan mengais rejeki sebagai pedagang asongan. Terbawa oleh usianya yang sudah lanjut dan didorong oleh kecapekan, si kakek tua tersebut mengalami jatuh pingsan. Untunglah banyak orang yang peduli melihat keberadaan kakek pedagang asongan yang malang tersebut dan bergegas memberikan pertolongan. Bahkan Apran Panca  seorang Petugas dari Kepolisian juga turun tangan untuk memberikan pertolongan, termasuk mengambil kebijaksanaan  si korban diangkut ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan lebih intensif. (hr-pdy)
Baca

Peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi Ke 658 Yang Tepatnya Tanggal 7 Juli Akan Berakhir Tanggal 4 September 2016

Ngawi, Investigasi : Peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi senantiasa berhimpitan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi belakangan seringkali pada kurun bulan Romadhan, di mana para umat Islam saatnya tapa brata menahan hawa nafsu selama satu bulan. Maka peringatan Hari Jadi dibijaksanai untuk dibarengkan dengan peringatan Tujuh Belasan.
Peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi kali ini mengambil tema “ Dengan Semangat Hari Jadi ke 658 Kita Wujudkan Masyarakat Mandiri, Berbudaya, Agamis Dan Taat Pajak.”Mengenai tema tersebut Bupati Ngawi menjelaskan bahwa mempunyai makna yang sangat strategis dalam era otonomi daerah, Ngawi dengan segala keterbatasannya perlu menumbuhkan kemandirian masyarakat, melestarikan budaya lokal dan mempertahankan kerukunan antar umat beragama serta mendorong kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak, melaksanakan program pembangunan yang berkesinambungan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Sepertinya tidak memungkinkan untuk membeber semua agenda kegiatan Peringatan Hari Jadi Ngawi ke 658 yang spektakuler dengan berbagai mata acara yang begitu banyak dan sedemikian padatnya. Dengan meminimalisir berkurangnya makna, kegiatan seputar peringatan Hari Jadi Ngawi ke 658 diawali saja dengan peristiwa sakral, salah satu budaya peninggalan sejarah yang disebut Jamasan  Pusaka dan Kirap Pusaka.
Jamasan Pusaka yang dimaksud adalah menyiram para pusaka dengan air bercampur kembang disertai beberapa macam sesaji oleh seorang sesepuh yang tak putus-putusnya merapalkan mantra. Jamasan Pusaka dilakukan terhadap Pusaka Kabupaten berupa 2 buah tombak masing-masing bernama Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit, sedangkan yang 2 lagi adalah Payung Tunggul Wulung dan Tunggul Warono. Dengan mengambil tempat di Pendapa Wedya Graha Kabupaten Ngawi (19/7) Ritual Jamasan Pusaka dipimpin langsung olehBupati ngawi Ir. H. Budi Sulistyono dan didampingi oleh para Unsur Pimpinan Daerah (Unspinda) serta para staf di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi dengan mengenakan pakaian adat kejawen. Jamasan Pusaka dilakukan oleh Sesepuh Agung Ki Suharno Ilham yang didampingi oleh para Sesepuh yang tergabung dalam paguyuban Persatuan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia ( Permadani ) Cabang Ngawi. Perlu diketahui bahwa sebelumnya keempat Pusaka Kabupaten Ngawi tersebut diboyong dari plangkannya Yang berada di dalam Geddhong Pusaka Pendapa Wedya Graha oleh 5 orang Sesepuh yang dipimpin oleh Ki Sugito selaku Ketua Permadani Cabang Ngawi diiringi syahdunya gendhing Jawa Ketawang Ngawiyat dan Boyong Basuki.

Kirap Pusaka yang dimaksud adalah memboyong pusaka dari Desa Ngawi Purba Kecamatan Ngawi yang notabene diyakini bahwa desa tersebut adalah merupakan cikal bakal (Asal muasal- Red,) dari Kabupaten Ngawi menuju persemayamannya di Gedhong Pusaka Pendapa Wedyagraha Kabupaten Ngawi (20/7). Sebelum dikirap, sejumlah Pusaka Kabupaten dibersihkan atau dijamas yang selanjutnya diboyong dan diinapkan semalam di Desa Ngawi Purba. Acara Kirap Pusaka betul-betul spektakuler dan layak menjadi aset wisata Kabupaten Ngawi dalam rangka Ngawi Visit Year 2017. Acara tersebut melibatkan arak-arakan 13 kereta kencana ala Kraton Solo dan 160 prajurit serta para Pelajar juga para PNS. Semuanya berjalan dengan khitmat, lancar, penuh pesona. (pdy)
Ngawi, Investigasi : Peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi senantiasa berhimpitan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi belakangan seringkali pada kurun bulan Romadhan, di mana para umat Islam saatnya tapa brata menahan hawa nafsu selama satu bulan. Maka peringatan Hari Jadi dibijaksanai untuk dibarengkan dengan peringatan Tujuh Belasan.
Peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi kali ini mengambil tema “ Dengan Semangat Hari Jadi ke 658 Kita Wujudkan Masyarakat Mandiri, Berbudaya, Agamis Dan Taat Pajak.”Mengenai tema tersebut Bupati Ngawi menjelaskan bahwa mempunyai makna yang sangat strategis dalam era otonomi daerah, Ngawi dengan segala keterbatasannya perlu menumbuhkan kemandirian masyarakat, melestarikan budaya lokal dan mempertahankan kerukunan antar umat beragama serta mendorong kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak, melaksanakan program pembangunan yang berkesinambungan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Sepertinya tidak memungkinkan untuk membeber semua agenda kegiatan Peringatan Hari Jadi Ngawi ke 658 yang spektakuler dengan berbagai mata acara yang begitu banyak dan sedemikian padatnya. Dengan meminimalisir berkurangnya makna, kegiatan seputar peringatan Hari Jadi Ngawi ke 658 diawali saja dengan peristiwa sakral, salah satu budaya peninggalan sejarah yang disebut Jamasan  Pusaka dan Kirap Pusaka.
Jamasan Pusaka yang dimaksud adalah menyiram para pusaka dengan air bercampur kembang disertai beberapa macam sesaji oleh seorang sesepuh yang tak putus-putusnya merapalkan mantra. Jamasan Pusaka dilakukan terhadap Pusaka Kabupaten berupa 2 buah tombak masing-masing bernama Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit, sedangkan yang 2 lagi adalah Payung Tunggul Wulung dan Tunggul Warono. Dengan mengambil tempat di Pendapa Wedya Graha Kabupaten Ngawi (19/7) Ritual Jamasan Pusaka dipimpin langsung olehBupati ngawi Ir. H. Budi Sulistyono dan didampingi oleh para Unsur Pimpinan Daerah (Unspinda) serta para staf di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi dengan mengenakan pakaian adat kejawen. Jamasan Pusaka dilakukan oleh Sesepuh Agung Ki Suharno Ilham yang didampingi oleh para Sesepuh yang tergabung dalam paguyuban Persatuan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia ( Permadani ) Cabang Ngawi. Perlu diketahui bahwa sebelumnya keempat Pusaka Kabupaten Ngawi tersebut diboyong dari plangkannya Yang berada di dalam Geddhong Pusaka Pendapa Wedya Graha oleh 5 orang Sesepuh yang dipimpin oleh Ki Sugito selaku Ketua Permadani Cabang Ngawi diiringi syahdunya gendhing Jawa Ketawang Ngawiyat dan Boyong Basuki.

Kirap Pusaka yang dimaksud adalah memboyong pusaka dari Desa Ngawi Purba Kecamatan Ngawi yang notabene diyakini bahwa desa tersebut adalah merupakan cikal bakal (Asal muasal- Red,) dari Kabupaten Ngawi menuju persemayamannya di Gedhong Pusaka Pendapa Wedyagraha Kabupaten Ngawi (20/7). Sebelum dikirap, sejumlah Pusaka Kabupaten dibersihkan atau dijamas yang selanjutnya diboyong dan diinapkan semalam di Desa Ngawi Purba. Acara Kirap Pusaka betul-betul spektakuler dan layak menjadi aset wisata Kabupaten Ngawi dalam rangka Ngawi Visit Year 2017. Acara tersebut melibatkan arak-arakan 13 kereta kencana ala Kraton Solo dan 160 prajurit serta para Pelajar juga para PNS. Semuanya berjalan dengan khitmat, lancar, penuh pesona. (pdy)
Baca
 
Investigasi New Biro Madiun. Alamat Jl. Gemah Ripah No. 30 Dolopo Kabupaten Madiun. Telp. 081249410099
Support : PT. INSAN MANDIRI PERMATA
Copyright © 2014. Investigasi New Madiun
Template Edited by Investigasi Biro Madiun
Telp/Message : 081249410099 | 0856 0449 9100