Ngawi,
Investigasi : Peringatan
Hari Jadi Kabupaten Ngawi senantiasa berhimpitan dengan HUT Proklamasi
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi belakangan seringkali
pada kurun bulan Romadhan, di mana para umat Islam saatnya tapa brata menahan
hawa nafsu selama satu bulan. Maka peringatan Hari Jadi dibijaksanai untuk
dibarengkan dengan peringatan Tujuh Belasan.
Peringatan Hari
Jadi Kabupaten Ngawi kali ini mengambil tema “ Dengan Semangat Hari Jadi ke 658
Kita Wujudkan Masyarakat Mandiri, Berbudaya, Agamis Dan Taat Pajak.”Mengenai
tema tersebut Bupati Ngawi menjelaskan bahwa mempunyai makna yang sangat
strategis dalam era otonomi daerah, Ngawi dengan segala keterbatasannya perlu
menumbuhkan kemandirian masyarakat, melestarikan budaya lokal dan
mempertahankan kerukunan antar umat beragama serta mendorong kesadaran
masyarakat untuk taat membayar pajak, melaksanakan program pembangunan yang
berkesinambungan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Sepertinya tidak
memungkinkan untuk membeber semua agenda kegiatan Peringatan Hari Jadi Ngawi ke
658 yang spektakuler dengan berbagai mata acara yang begitu banyak dan
sedemikian padatnya. Dengan meminimalisir berkurangnya makna, kegiatan seputar
peringatan Hari Jadi Ngawi ke 658 diawali saja dengan peristiwa sakral, salah
satu budaya peninggalan sejarah yang disebut Jamasan Pusaka dan Kirap Pusaka.
Jamasan Pusaka
yang dimaksud adalah menyiram para pusaka dengan air bercampur kembang disertai
beberapa macam sesaji oleh seorang sesepuh yang tak putus-putusnya merapalkan
mantra. Jamasan Pusaka dilakukan terhadap Pusaka Kabupaten berupa 2 buah tombak
masing-masing bernama Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit, sedangkan yang 2 lagi
adalah Payung Tunggul Wulung dan Tunggul Warono. Dengan mengambil tempat di
Pendapa Wedya Graha Kabupaten Ngawi (19/7) Ritual Jamasan Pusaka dipimpin
langsung olehBupati ngawi Ir. H. Budi Sulistyono dan didampingi oleh para Unsur
Pimpinan Daerah (Unspinda) serta para staf di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Ngawi dengan mengenakan pakaian adat kejawen. Jamasan Pusaka dilakukan oleh
Sesepuh Agung Ki Suharno Ilham yang didampingi oleh para Sesepuh yang tergabung
dalam paguyuban Persatuan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia ( Permadani )
Cabang Ngawi. Perlu diketahui bahwa sebelumnya keempat Pusaka Kabupaten Ngawi
tersebut diboyong dari plangkannya Yang berada di dalam Geddhong Pusaka Pendapa
Wedya Graha oleh 5 orang Sesepuh yang dipimpin oleh Ki Sugito selaku Ketua
Permadani Cabang Ngawi diiringi syahdunya gendhing Jawa Ketawang Ngawiyat dan
Boyong Basuki.
Kirap Pusaka
yang dimaksud adalah memboyong pusaka dari Desa Ngawi Purba Kecamatan Ngawi
yang notabene diyakini bahwa desa tersebut adalah merupakan cikal bakal (Asal
muasal- Red,) dari Kabupaten Ngawi menuju persemayamannya di Gedhong Pusaka
Pendapa Wedyagraha Kabupaten Ngawi (20/7). Sebelum dikirap, sejumlah Pusaka
Kabupaten dibersihkan atau dijamas yang selanjutnya diboyong dan diinapkan
semalam di Desa Ngawi Purba. Acara Kirap Pusaka betul-betul spektakuler dan
layak menjadi aset wisata Kabupaten Ngawi dalam rangka Ngawi Visit Year 2017.
Acara tersebut melibatkan arak-arakan 13 kereta kencana ala Kraton Solo dan 160
prajurit serta para Pelajar juga para PNS. Semuanya berjalan dengan khitmat,
lancar, penuh pesona. (pdy)
Posting Komentar