Perangkat Desa Menghilang, Diduga Gabung Dengan Gafatar
Madiun, Investigasi : Kemunculan
kelompok Gerakan Fajar Nusantara atau popular dengan sebutan Gafatar sangatlah
menghebohkan berbagai daerah di Indonesia. Di Kabupaten Madiun sendiri ada
salah satu perangkat desa bernama Sigit Suko Bisono beserta anak dan istrinya
yang menghilang sejak akhir Juli 2015 lalu. Diduga perangkat tersebut telah
bergabung dengan kelompok Gafatar.
Dari
informasi yang dikumpulkan, Sigit Suko Bisono pergi meninggalkan rumahnya sejak
akhir Juli 2015 lalu, Sampai saat ini keberadaannya tidak diketahui, apalgi
sejak menghilang perangkat desa ini tidak pernah menghubungi keluarga.
Diketahui,
sebelum meninggalkan rumah, Sigit memang aktif dalam kegiatan Gafatar, hampir
setiap malam minggu dia bersama istri pergi untuk melakukan pertemuan
organisasi disejumlah kota di Madiun, Bahkan diluar kota Madiun.
"Dia
selalu pergi setiap malam minggu, pamitnya mau latihan, ya di caruban, surabaya
jogya, dimana-mana, dia selalu bilang mau latihan itu saja, latihan gafatar,
kalau latihan kadang2 ngajak istrinya," kata Suyatno orangtua Sigit
kepada, Rabu (13/1).
Hal
tersebut dibenarkan juga oleh Kades Mojorayung Tri Widodo, menurutnya selama
menjadi perangkat desa Sigit selalu membawa tabloid untuk ditunjukkan ke teman
temannya. Bahkan Sigit sering menggelar kegiatan sosial seperti halnya donor
darah dan kerja bakti dihutan. Selain Sigit dan istrinya ada satu lagi warganya
yang kini menghilang ikut Gafatar yaitu Ongky yang rumahnya tak jauh dari rumah
Sigit.
"Dari
desa Mojorayung cuma sigit anak istrinya, dan Ongky, kalau Sigit pergi akhir Juli
2015, kalau Ongky bulan 9,” ungkap Tri Widodo.
Dijelaskan,
Sigit selaku Kaur Umum di desa, saat pergi tidak pamit pada dirinya dan orang
tuanya. Namun seteleh beberapa lama kepergiannya, Sigit kirim surat lewat Pos
yang intinya mengundurkan diri. “Katanya dapat amanat dari Tuhan Yang Maha
Esa," jelasnya.
Meski
sering melakukan kegiatan di desa, Namun tidak banyak warga di desa Mojorayung
yang tertarik ikut organisasi tersebut. Terbukti ketika ada perekrutan banyak
warga di desa ini yang tidak mau bergabung.
Inilah sekilas
sejarah terkait dengan proses terbentuknya kelompok Gafatar. Gerakan Fajar
Nusantara dimulai dari pertikaian antara Ahmad Mushadeq dan Panji Gumilang, keduanya
merupakan anggota Negara Islam Indonesia. Mushadeq kemudian mendirikan
Al-Qiyadah al-Islamiyah, yang berubah menjadi Komunitas Millah Abraham.
Tahun 2000 Al-Qiyadah
al-Islamiyah berdiri dengan Pemimpin: Ahmad Mushadeq alias Abdul Salam. Lelaki kelahiran 21 April 1944 itu
dibaiat menjadi anggota NII pada 1987. Namun kemudian terjadi ketidakcocokan
dengan NII KWIX pimpinan Panji Gumilang, sehingga Mushadeq mendirikan
Al-Qiyadah. Ia ingin memurnikan ajaran Nabi Musa, Isa, dan Muhammad. Ahmad Mushadeq mempunyai pengikut
diperkirakan sekitar 8.000 orang dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
Padang, Makassar, dan Kalimantan Selatan dan daerah lainnya.
Ajaran Ibadah: salat
malam dan membaca Al-Quran, Tidak mewajibkan pengikutnya melaksanakan rukun
Islam, seperti salat, zakat, puasa, dan berhaji, Syahadat: Ashadu ala illaha
ilallah, wa asyhadu anna Almasih almaw'ud Rasulullah. Setiap orang di luar
Al-Qiyadah adalah musyrik.
7 November 2007 seluruh kegiatan yang dipimpin oleh Ahmad Mushadeq Dilarang MUI
24 April 2008 Ahmad Mushadeq dipenjara 4 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan.
Tahun 2009 Al-Qiyadah
berubah menjadi Millah Abraham. Dengan
berganti nama, Al-Qiyadah leluasa mengembangkan organisasinya, sementara tetap
menggunakan ajaran Mushadeq. Namun, menurut Mushadeq, Millah hanya komunitas
untuk mempertautkan umat, tidak membahas akidah.
14 Agustus 2011 Gafatar berdiri
atas prakarsa 51 orang.
21 Januari 2012 Gafatar
dideklarasikan diikuti oleh 14 DPD (14 provinsi). Terakhir mereka telah
mempunyai pengurus di 34 provinsi.
Ketua: Mahful M. Tumanurung Asas : Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan
Pancasila. Kantor DPP: Jl. Ciputat Raya No. 264, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
(p-76/berbagai sumber)
Madiun, Investigasi : Kemunculan
kelompok Gerakan Fajar Nusantara atau popular dengan sebutan Gafatar sangatlah
menghebohkan berbagai daerah di Indonesia. Di Kabupaten Madiun sendiri ada
salah satu perangkat desa bernama Sigit Suko Bisono beserta anak dan istrinya
yang menghilang sejak akhir Juli 2015 lalu. Diduga perangkat tersebut telah
bergabung dengan kelompok Gafatar.
Dari
informasi yang dikumpulkan, Sigit Suko Bisono pergi meninggalkan rumahnya sejak
akhir Juli 2015 lalu, Sampai saat ini keberadaannya tidak diketahui, apalgi
sejak menghilang perangkat desa ini tidak pernah menghubungi keluarga.
Diketahui,
sebelum meninggalkan rumah, Sigit memang aktif dalam kegiatan Gafatar, hampir
setiap malam minggu dia bersama istri pergi untuk melakukan pertemuan
organisasi disejumlah kota di Madiun, Bahkan diluar kota Madiun.
"Dia
selalu pergi setiap malam minggu, pamitnya mau latihan, ya di caruban, surabaya
jogya, dimana-mana, dia selalu bilang mau latihan itu saja, latihan gafatar,
kalau latihan kadang2 ngajak istrinya," kata Suyatno orangtua Sigit
kepada, Rabu (13/1).
Hal
tersebut dibenarkan juga oleh Kades Mojorayung Tri Widodo, menurutnya selama
menjadi perangkat desa Sigit selalu membawa tabloid untuk ditunjukkan ke teman
temannya. Bahkan Sigit sering menggelar kegiatan sosial seperti halnya donor
darah dan kerja bakti dihutan. Selain Sigit dan istrinya ada satu lagi warganya
yang kini menghilang ikut Gafatar yaitu Ongky yang rumahnya tak jauh dari rumah
Sigit.
"Dari
desa Mojorayung cuma sigit anak istrinya, dan Ongky, kalau Sigit pergi akhir Juli
2015, kalau Ongky bulan 9,” ungkap Tri Widodo.
Dijelaskan,
Sigit selaku Kaur Umum di desa, saat pergi tidak pamit pada dirinya dan orang
tuanya. Namun seteleh beberapa lama kepergiannya, Sigit kirim surat lewat Pos
yang intinya mengundurkan diri. “Katanya dapat amanat dari Tuhan Yang Maha
Esa," jelasnya.
Meski
sering melakukan kegiatan di desa, Namun tidak banyak warga di desa Mojorayung
yang tertarik ikut organisasi tersebut. Terbukti ketika ada perekrutan banyak
warga di desa ini yang tidak mau bergabung.
Inilah sekilas
sejarah terkait dengan proses terbentuknya kelompok Gafatar. Gerakan Fajar
Nusantara dimulai dari pertikaian antara Ahmad Mushadeq dan Panji Gumilang, keduanya
merupakan anggota Negara Islam Indonesia. Mushadeq kemudian mendirikan
Al-Qiyadah al-Islamiyah, yang berubah menjadi Komunitas Millah Abraham.
Tahun 2000 Al-Qiyadah
al-Islamiyah berdiri dengan Pemimpin: Ahmad Mushadeq alias Abdul Salam. Lelaki kelahiran 21 April 1944 itu
dibaiat menjadi anggota NII pada 1987. Namun kemudian terjadi ketidakcocokan
dengan NII KWIX pimpinan Panji Gumilang, sehingga Mushadeq mendirikan
Al-Qiyadah. Ia ingin memurnikan ajaran Nabi Musa, Isa, dan Muhammad. Ahmad Mushadeq mempunyai pengikut
diperkirakan sekitar 8.000 orang dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
Padang, Makassar, dan Kalimantan Selatan dan daerah lainnya.
Ajaran Ibadah: salat
malam dan membaca Al-Quran, Tidak mewajibkan pengikutnya melaksanakan rukun
Islam, seperti salat, zakat, puasa, dan berhaji, Syahadat: Ashadu ala illaha
ilallah, wa asyhadu anna Almasih almaw'ud Rasulullah. Setiap orang di luar
Al-Qiyadah adalah musyrik.
7 November 2007 seluruh kegiatan yang dipimpin oleh Ahmad Mushadeq Dilarang MUI
24 April 2008 Ahmad Mushadeq dipenjara 4 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan.
Tahun 2009 Al-Qiyadah
berubah menjadi Millah Abraham. Dengan
berganti nama, Al-Qiyadah leluasa mengembangkan organisasinya, sementara tetap
menggunakan ajaran Mushadeq. Namun, menurut Mushadeq, Millah hanya komunitas
untuk mempertautkan umat, tidak membahas akidah.
14 Agustus 2011 Gafatar berdiri
atas prakarsa 51 orang.
21 Januari 2012 Gafatar
dideklarasikan diikuti oleh 14 DPD (14 provinsi). Terakhir mereka telah
mempunyai pengurus di 34 provinsi.
Ketua: Mahful M. Tumanurung Asas : Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan
Pancasila. Kantor DPP: Jl. Ciputat Raya No. 264, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
(p-76/berbagai sumber)