Ngawi,
Investigasi : Bulan
Sura yang merupakan bulan pertama pada tahun Saka boleh dikatakan sebagai bulan
istimewa di kalangan masyarakat Jawa. Mengenai penetapan kapan datangnya bulan
Sura atau kapan tanggal satu Sura, masyarakat Jawa menganut adanya dua paham,
yaitu ASAPON dan ABOGE. Penganut paham Asapon
meyakini bahwa tanggal 1 Sura pada tahun Alip bertepatan dengan hari Selasa Pon
sedangkan penganut paham Aboge meyakini bahwa tanggal 1 Sura pada tahun Alip
jatuh pada hari Rebo Wage.
Pada malam
tanggal 1 Sura masyarakat Jawa banyak yang melakukan ritual tidak tidur (Bhs.
Jawa : melekan) yang biasa disebut dengan istilah Jawa mapak tanggal. Tdak
berhenti pada tanggal 1 Sura mereka melakukan ritual sebagai wujud dari
pendekatan diri dengan Sang Pencipta, tapi terus berlanjut sampai sepanjang
bulan.
Di kawasan
Alas Ketonggo tepatnya di sekitar Palenggahan Agung Srigati pada malam tanggal
1 Sura lalu telah dipadati oleh pengunjung dari berbagai kota baik dari dalam
wilayah Kabupaten Ngawi maupun dari luar wilayah Kabupaten, bahkan dari luar
pulau Jawa ada juga yang menyempatkan datang.
Acara ritual
yang lebih menarik di Palenggahan Agung Srigati adalah acara tahunan yang rutin
diselenggarakan, yaitu acara yang disebut “ Ganti Langse “, yang dapat
diterjemahkan mengganti kain. Kain yang dimaksudkan adalah kain sebagai kerudung
pada bangunan relatif kecil di mana tempat sakral berada. Bangunan
kecil sebagian orang menyebut pundhen, ada juga yang menyebut sanggar, ada juga
yang menyebut padhepokan, namun masing-masing mereka punya satu pengertian
bahwa di situlah makhluk halus Eyang Srigati bersemayam. Secara umum tempat itu
diberi nama atau sebutan Palenggahan Agung Srigati. Acara Ganti Langse
diselenggarakan pada saat bulan purnama atau dalam bahasa Jawa dengan sebutan
purnama sidi yaitu pada saat rembulan berbentuk bulat penuh di bulan Sura yang
jatuh pada tanggal lima belas.
Kain putih
yang telah berjasa melindungi persemayaman dari Eyang Srigati pada saat purnama
sidi itulah diganti dengan kain baru melalui upacara ritual. Selanjutnya kain
bekas tersebut sangat diminati oleh para pengunjung untuk memilikinya sebagai
barang yang mengandung tuah. Untuk itu pengunjung rela mengantri guna
mendapatkan sesobek kain dengan disertai memberikan dana secara suka rela dan
ikhlas lahir maupun batin.
Acara ritual
Ganti Langse di Palenggahan Agung Srigati Alas Ketonggo yang terletak di desa
Babadan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi tahun 2015 ini diselenggarakan pada
tanggal 27 Oktober lalu. Ribuan pengunjung dari berbagai penjuru selain
mengikuti jalannya upacara juga disuguhi hiburan seperti biasanya yaitu
pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Kali ini tiga dalang tampil secara
bergantian yaitu Ki Mulyo, Ki Bambang dan Ki Rahmat, didukung 6 orang
suarawati. Hadir dalam perhelatan ini PJS Bupati Ngawi Sudjono, Ketua DPRD
Kabupaten Ngawi yang akrab dipanggil Mas Antok, Kahumas Prasetyo, para Camat
dan para Kepala Desa serta para tokoh masyarakat. Kades Babadan Joko S sarimbit
sebagai tuan rumah nampak mengenakan pakaian adat Jawa sesuai dengan nuansa
kejawen yang berlangsung.
Dalam
kesempatan itu calon Bupati petahana yang akan berlaga pada 9 Desember
mendatang dengan nomer urut 1 yaitu Mbah Kung Kanang Budi Sulistyono juga hadir
dan sempat menyisipkan waktu di celah berlangsungnya pakeliran wayang kulit.
Ratusan
mobil dan ribuan sepeda motor memadati kawasan Alas Ketonggo. Pengunjung nampak
asyik dengan kesibukan masing-masing. Para penggemar wayang dengan santai
menikmati pagelaran wayang, sementara ada yang melakukan ritual dengan istilah
ngalap berkah di Palenggahan Agung Srigati, sebagian ada yang melaksanakan
mandi kungkum di kali tempur, ada yang menjalankan ritual di petilasan Bung
Karno, di Kori Gapit, Tugu Mas, Sendhang Drajad dan lainnya sesuai dengan
selera masing-masing.(pdy)
Posting Komentar