Magetan, Investigasi : Kecamatan Nguntoronadi yang terletak disebalah Timur pusat Kota Magetan
mempunyai candi kebanggaan yaitu Candi Simbatan atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Candi Dewi Sri. Candi Simbatan
adalah salah satu peninggalan sejarah yang ada di daerah kecamatan Nguntoronadi, Magetan.
Perlu diketahui, Candi ini berada di Desa Simbatan dan telah
menjadi icon serta kebanggaan warga sekitar.
Bahkan sering digunakan untuk mengadakan
acara adat-istiadat atau tempat wisata para
penduduk lokal maupun kabupaten-kabupaten sekitar. Di dalam bangunan
utama Candi Simbatan terdapat arca tokoh perempuan yang oleh warga
sekitar di percayai sebagai sosok Dewi Sri. Dewi Sri
dalam mitologi masyarakat Hindu-Jawa, dianggap sebagai tokoh perempuan yang
memberikan sumber penghidupan Ketika
diadakan acara Bersih desa, maka air yang menggenagi arca ini akan dibuang keluar untuk dapat melihat
Arca Dewi Sri.
Ritual dilakukan
rutin sejak nenek moyang zaman Kerajaan Majapahit ini
dipercaya warga sebagai sarana tolak balak datangnya
bencana. Ritual dilakukan setiap hari Jumat
pahing di bulan syuro. Puncaknya ada penarian ikan dengan lagu wajib kembang
jeruk yang dinyanyikan oleh 2 sinden yang telah
disiapkan.
Sebelum acara
tarian, terlebih dulu ada sesaji dengan memotong satu ekor kambing. Dengan
menanam kepala kambing di sekitar lokasi candi beserta sesaji lain. Terdiri
dari candu, minuman limun merah dan putih, bedak, sisir, minyak srimpi dan kaca
yang melambangkan berbagai keperluan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
kesejahteraan yang dibawa lambangnya oleh Dewi Sri.
Untuk
kelengkapan sesaji tersebut, para warga yang menguras kolam Candi Dewi Sri
disuguhkan nasi bungkus dengan lauk sayur terong serta kacang-kacangan yang
konon sangat disukai Dewi Sri yang merupakan lambang
kesuburan tanah dan bumi.
Diketahui, sejak tahun 1813 Arca Dewi Sri setiap hari Jum’at
Pahing bulan Muharram dilaksanakan Bersih Desa secara rutin tiap tahun oleh
warga setempat pada siang hari. Sejak tahun 1933 sampai tahun 1942, pada Arca
Dewi Sri tepat pada dada kiri dan kanan keluar air sumber yang bersih, sebagian
besar oleh warga di luar Magetan mengambil dan memanfaatkan air itu untuk
pengobatan segala macam penyakit. Ini juga memjadi kepercayaan warga sekitar,
dan menjadi salah satu daya tarik tempat ini.
Berdasarkan
inskripsi yang terdapat pada atap miniatur rumah, tertulis angka tahun 905 Saka
(983 Masehi) dan 917 Saka (995
Masehi). Diperkirakan situs ini merupakan jejak peninggalan Kerajaan Mataram
Hindu atau Mataram kuno. Dari sisi arkeologis, bukti eksistensi sejarah di
sekitar Pertirtaan Dewi Sri banyak didukung temuan lain berupa artefak. Antara
lain, miniatur lumbung 7 buah, fragmen arca 7 buah, palung batu 1 buah, fragmen
yoni 1 buah, sumur kuno 1 buah, fragmen kemuncak 1 buah dan lumbung baru 4
buah.
Berdasarkan
inskripsi yang terdapat pada atap miniatur lumbung, berupa
angka tahun 906 Saka (984 Masehi) dan 917 Saka (995
Masehi). Sementara itu, pahatan sangkha (siput) bersayap pada atap miniatur
lumbung merupakan tanda resmi pemerintahan Sindok pada abad 10.
Situs Petirtaaan
Dewi Sri memiliki bilik utama. Dimana dalam bilik utama tersebut terdapat arca
seorang perempuan yang oleh warga sekitar dianggap sebagai Dewi Sri. Dalam
mitologi masyarakat Hindu-Jawa, Dewi Sri dianggap sebagai tokoh perempuan yang
memberikan sumber kehidupan.
Masuk ke area
ini kita akan disuguhi pemandangan alami dan dihiasi dengan kolam-kolam air.
Seperti dunia rawa, tetapi keasriannya menjadi alternatif
untuk kita mencari inspirasi. (p-76)
Posting Komentar